Recents in Beach

Tips Menghadapi Anak Yang Terlalu Lengket Dengan Orang Tua

Cara Yang Tepat Menghadapi Anak Yang Lengket Dengan Orang Tua

Sering kita saksikan seorang anak yang sulit sekali ditinggal oleh ibunya. Sampai-sampai ibunya mau ke kamar mandi pun, si anak harus ikut. Apalagi kalau ditinggal ibu bekerja, wah, nangisnya bisa sampai menjerit-jerit. Jelas bikin susah si ibu, kan? Juga orang lain semisal pengasuh atau neneknya, karena harus sibuk membujuk si kecil untuk menenangkannya. Ibu pun jadi tak tenang setiap kali akan meninggalkan anak.

Kegiatan apapun harus dengan anda bahkan ketika anda pergi beranjak dari tempat bermain yang dianggap menarik sekalipun oleh anak anda seringkali membuat anak anda menangis. Anak anda menjadi rewel sering memegang tangan anda seakan anda akan pergi jauh. Itulah ciri anak yang sulit dipisahkan dari ibu.

Secara psikis anak memang sangat nyaman ketika bersama dengan anda. Meskipun demikian anda juga harus memberikan pengertian pada anak anda bahwa anak anda harus belajar bersosialisasi dan tidak terus bersama dengan anda. Hal ini yang menyebabkan orang tua seringkali main kucing-kucingan ketika akan pergi. Sangat melelahkan dan membuat aktivitas anda terhambat.

Keberanian si kecil menghadapi lingkungan saat ditinggal pergi oleh orang tua berkaitan dengan rasa percaya dirinya. Apakah ia mampu menghadapi orang lain tanpa didampingi orang tua. Sebenarnya meninggalkan anak juga salah satu cara untuk mengetes keberanian anak dalam menghadapi lingkungan sekitarnya.

Salah Satu Cara menghadapi Anak yang Sulit Dipisahkan Dari Orang Tua

Dalam istilah psikologi ini merupakan tanda separation anxiety atau kecemasan berpisah yang mengacu pada orang yang sangat dikenal dekat oleh anak anda. Ini merupakan fase tonggak perkembangan yang seringkali dialami oleh anak. Sehingga seringkali anak yang masih kecil memiliki kekhawatiran apabila dipisahkan dengan orang yang sudah dikenal akrab oleh anak. Kecemasan ini dikarenakan anak tidak mengerti waktu sehingga anak mengkhawatirkan kapan ibu akan kembali lagi.

Pada usia 6 bulan bayi mulai menyadari adanya orang asing selain orang tuanya. Rasa cemas berpisah ini hampir dialami oleh bayi akan tetapi memiliki kadar yang berbeda. Bahkan pada umur 13 bulan bayi mengalami puncaknya sehingga ketakutan ditinggalkan oleh orang tuanya. Meskipun dianggap wajar terjadi pada setiap anak akan tetapi sikap ini terkadang menggangu anda sehingga penting untuk melakukan beberapa tips dalam mengatasi balita yang sulit ditinggalkan orang tua.

Sebelum kita tahu bagaimana tips mengatasi anak yang tidak mau jauh dari orang tua terutama sang ibu, kita ketahui terlebih dahulu penyebabnya. Lalu apa penyebab konkret kerewelan anak saat ditinggal pergi orang tuanya? Psikolog dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta ini menjelaskan 4 penyebabnya, yakni:

#1 Kelekatan berlebih
Kelekatan dengan orang tua memang dibutuhkan karena akan membuat anak merasa ada yang melindungi. Tapi terlalu lekat pun tidak baik sebab akan memunculkan efek negatif, seperti anak jadi sulit ditinggal. Menurut Ima, biasanya kelekatan yang berlebihan dikarenakan beberapa faktor, seperti:
1) Anak terlalu sering menghabiskan waktu hanya berdua orang tua saja sehingga sulit menerima sosok lain. (2) Sikap orang tua yang terlalu melindungi atau selalu menemani anak ke mana-mana. (3) Anak tidak boleh bermain dengan siapa-siapa karena takut ikut-ikutan nakal, dan lainnya. Kalau sudah begini, anak bukannya tumbuh mandiri tapi malah tidak berani berada jauh dari orang tuanya.

#1 Terlalu dimanja
Bukan berarti memanjakan anak dilarang lo. Boleh-boleh saja selama tidak berlebihan. Kemanjaan berlebihan biasanya karena orang tua ingin menutupi kesalahan akibat sering meninggalkan anak karena kesibukannya. Padahal anak yang terlalu dimanja bisa menjadi tidak mandiri hingga dewasa.

#1 Rasa Takut
Rasa takut anak bisa muncul karena berbagai sebab. Yang sering terjadi namun tidak disadari karena anak selalu "dijahili" dengan dicubiti, umpamanya, oleh orang dewasa di sekitar. Meski sebenarnya tak ada maksud buruk di balik kejahilan tersebut tapi anak akan merasa ketakutan. Bukan apa-apa, cubitan bagi orang dewasa bisa saja cermin rasa gemas tapi bagi anak merupakan sumber rasa sakit. Tak heran kalau ia selalu ingin berlindung di bawah ketiak orang tuanya karena khawatir sewaktu-waktu si jahil; bisa om, tante, atau tetangga atau siapa pun, datang. Jika tidak ada orang tuanya di rumah maka akan muncul sikap rewelnya. Rasa takut juga bisa muncul jika dalam bereksplorasi anak banyak dilarang dan ditakuti dengan kalimat-kalimat seperti, "Jangan naik tangga, nanti kamu jatuh," atau "Jangan lompat-lompat nanti kepalamu terbentur."

#1 Pengalaman Traumatis
Ditinggal pergi diam-diam dapat membuat anak jadi trauma. Ia merasa orang tuanya bisa "lenyap" mendadak. Setelah dicari-cari tidak ketemu sangat mungkin sikap rewelnya akan muncul. Bila esoknya anak merasa akan ditinggal kembali, sekuat tenaga ia akan menahan orang tuanya, entah dengan menangis, tantrum, atau yang lainnya.
Pengalaman traumatis juga bisa datang karena anak mendapat perlakuan buruk dari orang lain saat orang tuanya tidak berada di rumah. Misalnya, sikap pengasuh yang kasar dan sering memarahi anak. Namun karena anak batita masih sulit mengungkapkannya dengan jelas, umumnya dia hanya menunjukkan sikap keengganan kala ditinggal orang tuanya.

Berikut Tips dalam mengatasi balita yang sulit ditinggalkan orang tua :

#1 Berikan Stimulasi sejak bayi
Kelekatan antara ibu dan anak sudah dipelajari dimulai usia bayi sehingga anak akan memilih dengan siapa anak anda cenderung lebih dekat, umumnya dengan yang seringkali bertemu dan bertatap muka dengan anak anda. Sejak bayi anda dapat memberikan permainan cilukba atau permainan yang menyembunyikan wajah anda di hadapan anak anda kemudian kembali muncul. Permainan ini akan memberikan pengertian bahwa ibu akan kembali di pandangan bayi.

#2 Ibu tidak dramatis meninggalkan bayi
Pada saat anda akan bepergian anda dapat memberikan pengertian kepada anak anda. Sehingga anda tidak meninggalkan anak anda dengan trauma. Lebih baik anda melakukan komunikasi meskipun usianya masih bayi. Cobalah dengan memberikan pengertian ketika bayi anda sedang main dan anda akan meninggalkannya ke kamar mandi atau meninggalkan beberapa saat sehingga anak anda mendapatkan pengertian.

#3 Jangan membohongi anak
Ketika anak anda susah sekali dipisahkan dengan anda. Seringkali beberapa orang tua mengajak anda bermain petak umpet dan kemudian menghilang dari hadapan anak anda. Apalagi bila anak anda sudah berusia batita. Anak anda sudah mengerti dan tidak mau ditinggalkan sehingga anak anda kehilangan kepercayaan pada anda.

#4 Berikan pengertian
Anda dapat memberikan pengertian dengan menggendong anak anda atau mengajak berjalan-jalan kecil di halaman rumah kemudian ceritakan hal yang menarik dan bilang bahwa ibu akan kembali setelah usai aktivitas.
Libatkan orang lain saat beraktivitas bersama si Kecil. Selalu libatkan anggota keluarga lainnya dalam aktivitas si Kecil. Misalnya saat si Kecil sedang bermain bola, ajaklah sang ayah atau anggota keluarga lainnya bermain bersama-sama. Atau, Anda bisa meminta bantuan orang lain (misalnya ayahnya) untuk mendampingi Anda saat menyuapi si Kecil. Contohnya: Anda duduk di dekat si Kecil, sedangkan sang ayah yang menyuapinya.

#5 Dampingi dulu si Kecil saat bersama orang lain
Saat anggota keluarga lainnya terlibat dalam aktivitas si Kecil, dampingi dulu si Kecil untuk beberapa saat, bukan langsung meninggalkannya. Usahakan untuk membuat si Kecil sibuk, dan ciptakan komunikasi 3 arah, maksudnya pembicaraan antara Anda, si Kecil, dan mereka(-mereka) yang terlibat di dalamnya. Tindakan ini bertujuan untuk memancing si Kecil untuk berinteraksi dengan mereka.

#6 Memancing Perhatian Si Kecil
Cara terbaik untuk memancing perhatian si Kecil adalah dengan melakukan permainan “Orangtua Anak”, dimana si Kecil berperan sebagai orangtuanya yang mengendalikan permainan ini, sedangkan orang dewasanya berperan sebagai anak, dimana mereka bertindak layaknya anak-anak yang mematuhi orangtuanya.

Permainan ini dianggap cukup berhasil dalam menarik perhatian anak-anak yang memiliki masalah dengan pergaulan, sehingga mereka terpancing untuk membuka dirinya. Saat si Kecil mulai terlihat nyaman dengan situasinya, Anda bisa memulai aksi Anda, yaitu dengan sedikit menjauh darinya, namun tidak hilang dari pandangan si Kecil sehingga si Kecil tidak merasa bahwa Anda telah meninggalkannya. Lakukan secara bertahap, hingga akhirnya si Kecil mampu berdiri sendiri.

#7 Yakinkan si Kecil bahwa orang lain pun menyayanginya
Cobalah untuk meyakinkan si Kecil bahwa teman atau anggota keluarga lainnya sangat menyayanginya, sama seperti Anda, sehingga ia tak perlu takut saat bersama mereka. Contohnya, “Lihat Dek, nenek buatin susu untuk Adek, pasti enak seperti yang Mama buat.” Hal ini bisa membuat si Kecil belajar mengerti bahwa neneknya sama seperti ibunya, membuatkan susu untuknya dan menyayanginya.

#8 Beri kesempatan si Kecil bersama orang lain
Beri kesempatan pada si Kecil untuk bertemu dengan orang lain atau anak sebayanya. Misalnya dengan mengajak si Kecil ke tempat bermain umum dimana ia bisa bertemu dengan anak lain seusianya dan bermain dengan mereka. Terlalu membatasi ruang lingkup si Kecil justru akan memperburuk keadaan.

#9 Beri pujian saat ia sudah bisa beradaptasi dengan orang lain
Tidak ada salahnya untuk memberi pujian kepadanya ketika ia telah melakukan sesuatu yang Anda harapkan. Katakan bahwa ia sudah semakin pintar dan Anda semakin sayang padanya, contoh, “Adek sekarang sudah pintar ya, mau main sama nenek, Mama sayang deh sama Adek.” Ucapan Anda ini akan membuat si Kecil senang dan lebih bersemangat.

Demikian informasi mengenai tips menghadapi anak yang tidak mau jauh dari orang tua atau tidak mau ditinggal yang dalam istilah trend terlalu lengket dengan orang tua. Semoga bermanfaat bagi anda para orang tua yang selama ini kehabisan cara dalam menghadapi si kecil yang sulit untuk di tinggal. Dan sampai jumpa lagi di artikel yang lain.

Post a Comment

0 Comments